Mengenal Ciri-ciri Al Qiyadah
Yuk kenali ciri-ciri apa yang di ajarkan oleh AL Qiyadah, inilah bukti-bukti kesesatan mereka :
1. Syahadat Baru.
Lafadz syahadat baru mereka adalah “Asyhadu An Laa Ilaaha Illallaah, Wa Asyhadu Anna Al-Masih Al-Maw’ud Rasulullah”. Tentu saja syahadatain ini sangat bertentangan dengan syahadatain Islam yang mengakui Muhammad Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam sebagai Rasulullah, lihat hadits riwayat Imam Muslim tentang masalah Islam, Iman, dan Ihsan (atau dikenal juga dengan nama hadits Jibril : lihat hadits Arba’in An-Nawawi nomor 2) yang menjelaskan agama Islam ini secara singkat dan jelas.
2. Ahmad Mushaddiq AKA H.Salam AKA Al-Masih Al-Maw’ud adalah Nabi baru setelah Muhammad
Ahmad Mushaddiq sebagai pemimpin pusat aliran Al Qiyadah ini mengelarkan dirinya dengan gelar ganda, yaitu Al-Masih dan juga Nabi baru. Dalam Islam, gelar Al-Masih ini hanya dimiliki oleh dua orang saja, yaitu Isa ‘Alaihissalam dan Dajjal (lihat hadits-hadits yang berkaitan dengan doa Tasyahud, Dajjal, hari kiamat, dan turunnya nabi Isa ‘Alaihissalam pada akhir zaman), entah dengan keyakinan sebagai apa Ahmad Mushaddiq menggelar dirinya dengan Al Masih.
Ahmad Mushaddiq juga mengaku sebagai Nabi baru setelah Muhammad Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam, alasannya adalah ia mendapat wahyu/mimpi dari [yang katanya] Allah Subhanahu Wa Ta’ala ketika ia menyendiri (baca : bertapa) 40 hari 40 malam di suatu gunung di Bogor.
Mengaku sebagai nabi baru setelah Muhammad Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam, tentu saja sangat bertentangan dengan Islam. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman “Bukanlah Muhammad itu bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dialah Rasulullah dan penutup para Nabi”.
3. Tidak melaksanakan shalat wajib 5 waktu, zakat, shaum, haji, dan sebagainya.
Ibadah yang mereka kerjakan hanyalah shalat Lail, karena perintah shalat Lail-lah yang hanya ada di dalam Al-Qur’an. Beginilah salah satu contoh kekeliruan yang besar sekali jika menafsirkan Al Qur’an hanya dengan pemikiran mereka, tanpa membawa ayat Al-Qur’an lain, Sunnah, dan pemahaman ulama-ulama Islam lainnya (Shahabat, Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in, dan seterusnya).
Sedangkan ibadah lainnya (zakat, shaum, haji) belum mereka kerjakan karena katanya mereka belum mendapat perintah untuk menjalankannya. Ini sangat aneh, di satu sisi mereka memakai Al-Qur’an (walau dipahami dengan akal dan pemahaman mereka saja) dan di satu sisi lagi mereka meninggalkan ayat Al-Qur’an karena belum mendapat perintah (??what the…??).
4. Saat ini adalah Fase Makkah.
Al Qiyadah Al Islamiyah berpendapat bahwa saat ini mereka masih berada dalam fase Makkah, karena itu mereka hanya fokus dalam mengajarkan aqidah [mereka] dan tidak melaksanakan kewajibannya sebagai muslim seperti shalat 5 waktu, zakat, shaum, haji, dan sebagainya
Agama Islam ini sudah sempurna (Al-Mai’dah ayat 3), karena itu kita sebagai penerus umat Islam tidak boleh kembali nol dalam memperjuangkan agama Islam ini. Kita memang harus mencontoh Nabi Muhammad Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam dalam dakwahnya di Makkah dan juga Madinah, tetapi tidak berarti harus mulai dari nol sebagaimana yang dulu dimulai oleh Nabi Muhammad Shallallaahu Alaihi Wasallam. Para shahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in, imam empat, dan ulama-ulama Islam lainnya meneruskan perjuangan agama Islam ini bukan dari nol, mereka tidak berjuang dengan kembali lagi sama persis seperti pada periode Makkah yang pernah dijalani oleh Nabi Muhammad Shallallaahu Alaihi Wasallam.
5. Pegangan Al Qiyadah.
Pegangan/dasar mereka dalam menjalankan alirannya adalah Al-Qur’an yang ditafsiri dengan pemahaman akal pikiran mereka dan buku karangan pemimpin mereka (Al Masih Al Maw’ud) yang berjudul “Ruhul Qudus yang turun”. Buku itu memiliki sampul depan Ahmad Mushaddiq yang memiliki dua sayap berhadapan dengan para pengikutnya.
6. Penebusan Dosa
Jika pengikut aliran Al Qiyadah Al Islamiyah melakukan suatu perbuatan dosa, maka mereka hanya perlu menebus dosa mereka kepada Al Masih Al Maw’ud dengan memberikan sejumlah uang kepadanya.
Penebusan dosa tidak ada dalam ajaran agama Islam, melainkan ada dalam agama nashrani. Jika seorang muslim bertaubat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dari dosa yang pernah ia lakukan, ia tidak disyari’atkan memberikan sejumlah uang kepada seorang pemimpin supaya dosa tersebut dapat diampuni oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Ashgaff
|