AHLAN WA SAHLAN Selamat Datang di blog SantriChannel, yang menyajikan Tulisan-tulisan yang berkaitan dengan ke-santri-an, bernuansa Islami berisikan Hikmah Al-qur'an dan Mutiara Hadits, semoga Blog yang sederhana ini dapat memberikan peningkatan ketaqwaan, kesejukan hati dan ketentraman jiwa, serta menjaga silaturrahmi kita yang tidak pernah terputus. Agar kita benar-benar dapat melakoni apa yang ditetapkan dan disarankan oleh Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Kelangsungan Dakwah kami ini beriringan dengan channel #santri di server mIRC DALnet.

Minggu, 07 Oktober 2007

AKHLAQ ISLAMI

" Sesungguhnya orang yang sangat saya kasihi dan terdekat denganku pada hari kiamat adalah orang yang terbaik akhlaqnya. Dan orang yang sangat aku benci dan terjauh dariku pada hari kiamat adalah yang banyak bicara, sombong dalam pembicaraannya dan berlagak menunjukkan kepandaiannya" (H.R At Tirmidzi).

Membaca tuntas hadits ini sejumput rasa menusuk dalam,
mengajak hati untuk bermuhasabah. Tidakkah kita termasuk orang yang banyak bicara dan berlagak menunjukkan kepandaian ? Tidakkah rasa angkuh meluncur mudah, terselip dalam setiap kata, penampilan kita, atau tingkah kita ? Bila jawabnya "ya", astaghfirullah, Rasulullah akan sangat membenci kita, akan menjauh dari kita pada hari dimana Pengadilan Besar akan dijalankan, pada hari dimana setiap
hati menjawab apa adanya, pada hari dimana panji islam dan penganutnya berbaris gembira menuju jannah.

Dalam diinul Islam, dalam dien yang kita rela mati di dalamnya, dalam aturan hidup yang telah kita ikrarkan janji untuk menapakinya, dalam agama yang lurus dan diridhaiNya, akhlaq adalah fondasi yang luar biasa penting. Demikian pentingnya sehingga, tidaklah diutus Rasulullah selain untuk memperbaiki akhlaq manusia. Ibarat tubuh manusia, akhlaq adalah ruh yang mewarnai segala aspek hidup dan kehidupan manusia.

Kekuatan dan ketangkasan gerak, kemampuan terobosan dan kecemerlangan pemikiran seorang Muslim, manakala tidak dibalut dengan budi pekerti, akhlaqul kharimah, maka bisa jadi amalanya akan menjadi buih, tak ada manfaat bagi manusia, apalagi di hadapan Allah Yang Maha Mulia. Atraksi intelektual, akrobat kata-kata dan sirkus retorika bisa jadi malah berubah menjadi bumerang yang siap memenggal leher sendiri. Membuahkan rasa benci pada Muslim lainnya dan bukan membuat mereka tambah berkasih sayang, ingat-mengingati tentang al Haq dengan kesabaran.

Manakala rasa, "sayalah yang paling tahu" muncul di hati seorang Muslim, maka pada detik itu juga al Haq menjauh dari lidahnya, pergi membekaskan kekosongan, kering dan pahit bagi
hati orang lain yang mendengar.

Maka tak perlu dipertanyakan lagi betapa akhlaq yang mulia mutlak diperlukan dan harus kita miliki, apalagi kalau hati ini sudah terikat dengan jalan yang Allah gariskan, sudah terpincut pada perjuangan menegakkan kalimahNya, sudah berikrar hidup dan mati, cinta dan benci hanya untuk menapaki jalan ketaqwaan, jalan para anbiya dan mursalin, para syuhada dan shidiiqiin. Tanpa ini harakah islamiyah tak akan dapat digulirkan secara manhaji, tak akan terbimbing oleh "tangan"-Nya, dan tak akan sampai pada tujuan yang telah diskenariokanNya.

Namun memperoleh akhlaq islami sesulit menapaki jalan yang dicontohkan para Nabi, tak semudah mengatakan dan mendiskusikannya. Ia hasil perjuangan hati dan kesabaran, hasil suatu latihan dan pembinaan, hasil dari kesungguhan tekad dan ketulusan niat. Karenanya tak heran kalau Nabi bersabda;

"Tak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan seorang mu'minin di hari kiamat daripada husnul khulq (akhlaq)" H.R At Tirmidzi
Akhlaqul kharimah sangat tinggi balasannya, kedekatan dan rasa kasih Rasulullah. Siapa yang tidak ingin dekat dan dikasihi Rasulullah, pujaan, uswatun khasanah, penyampai sehingga islam
kita terima dan kita syukuri sebagai dien kita ? Lalu bagaimana cara menumbuh-suburkan akhlaq islami ? Pertanyaan inilah yang pertama mesti kita dalami.

Hasbunallah wani'mal wakiil.

wassalam,

Membangun Basis Kekuatan Ummah

" Kamu adalah ummat yg terbaik yg dihadirkan untuk manusia, karena selalu menyuruh kepada yg ma'ruf dan mencegah yang munkar serta beriman kepada Allah (SWT)." ( Q.S. Ali Imron[3]:110 )

" Jadilah segolongan kamu ummat yg mengajak pada kebaikan, menyuruh yg ma'ruf dan mencegah yg munkar. Dan mereka itu- lah orang-orang yg beriman. " ( Q.S. Ali Imron[3]:104 )

" Dari Abi Sa'id Al-Khudri ra telah berkata; Aku telah dengar Rosuulullooh saw bersabda; Barangsiapa diantara kamu melihat kemunkaran hendaklah ia merobahnya dgn tangannya, jika tak sanggup maka dgn lidahnya, dan jika tak sanggup maka dengan hatinya. Dan itu adalah aelemah-lemahnya iman."
( H.S.R. Muslim )

Dalam hal ini peranan amar ma'ruf nahi munkar yg dibebankan diatas pundak kaumm muslimin, sama artinya dgn keharusan ummat Islam menjadi ummat yg memiliki supremasi dan kekuatan. Dengan supremasi dan kekuatan itu kaum muslimin menjadi berwibawa,
berkharisma dan berprestise tinggi. Selanjutnya bila suprema- si, kekuatan dan kewibawaan itu sudah dimiliki dgn sendirinya ummat Islam menjadi ummat yg dominan diantara ummat ummat yg lain.

Pada kondisi seperti inilah, amar ma'ruf dan nahi munkar bisa diperankan dengan optimal dan effektif. Segala apapun yg berwarna ma'ruf bisa ditumbuh suburkan, sebaliknya yg berbau ke-
munkaran dapat segera diluluh lantakkan.

Dalam kondisi inilah ummat Islam bisa menghirup udara kehidupan yg segar, menyehatkan jiwa dan raga, dan bersih dari polusi akidah, keimanan, akhlaq, budaya dsbnyaa.

Utk itulah, dalam satu segi gerakan da'wah Islamiyah harus ditata sedemikian rupa sehingga sanggup menghimpun basis kekuatan ummat di segala bidang. Kekuatan ummah yang akan menggentarkan musuh musuh dienullooh.

" Dan persiapkanlah olehmu kekuatan apa saja yg kamu sanggupi untuk menghadapi mereka.....
Dengan persiapan itu kamu dapat menggentarkan musuh musuh Allah(SWT), musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya, sedang Allah (SWT) mengetahuinya." (Q.S. Al Anfaal[8]:60 )

" Dan ta'atlah kepada Allah (SWT) dan Rosuul-Nya (SAW) dan jajanganlah berbantah bantahan, yg menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya
Allah (SWT) beserta orang orang yg sabar. " (Q.S. Al Anfaal[8]:46 )

Maka menjadi kewajiban setiap Muslim utk membina diri, keluarga dan masyarakatnya agar menjadi basis kekuatan Islam dgn senantiasa mendekatkan diri pada Allah SWT, mentadabburi Kitabullooh dan Sunnahrosuul serta memperbanyak amal sholeh.

Manakala setiap pribadi Muslim melakukan upaya ini dgn tekun, tidak kenal menyerah dan terus menerus, insya Allah akan tercetaklah secara nyata basis kekuatan Islam dalam masyarakat. Dari sini penghimpunan kekuatan Ummah bisa segera dilancarkan secara menyeluruh melalui kader kader Ummah yg teguh, to'at dan istiqomah.

Diantara kekuatan kekuatan yg harus diperhatikan dan ditumbuh kembangkan adalah sbb:

1) KEKUATAN AKIDAH
Dgn ini diharapkan mampu memotivisir dan menggerakkan setiap Muslim utk menda'wahkan dan menegakkan kalimatullooh, dienul Islam.

2) KEKUATAN JIHAD
Berupa semangat pengorbana harta dan jiwa demi tegaknya kalimatullooh dgn prinsip 'Hidup mulia atau mati Syahid".

3) KEKUATAN AKHLAQ
Yg dengannya segala aktifitas dan amaliah kita, bisa terkontrol menurut aturan/syari'ah Islam. Dari sini akan tampil identitas keIslaman secara nyata dan berwibawa.

4) KEKUATAN POLITIK
Dimana Ummat Islam dgn pasti mampu mengantisipasi gerakan lawan sekaligus usaha memukul balik serangan lawan.

5) KEKUATAN ILMU
Dalam rangka menguasai dan memanfaatkan ayat2x kauniyah. Sehingga Ummat Islam bisa meningkatkan kwalitas dibidang science dan technologi.

6) KEKUATAN MATERI
Sebagai faktor pendukung yg penting dalam menyediakan Karena da'wah dan kelangsungan harokah Islamiyah.

Sudah saatnyalah Ummat Islam menata diri, keluarga dan masyarakatnya untuk menjadi IMAM. Dengan menjadi IMAM berarti kita berada di depan, yg mampu utk menentukan dan mengarahkan. Predikat yg telah tersandang sebagai ma'mum, marilah segera kita tanggalkan. Dengan membangun basis kekuatan Islam dalam diri, keluarga dan masyarakat, insya Allah Ummat Islam pasti akan menjadi IMAM dan panutan, yg bisa menghantarkan diri
sbg kholifatul filardli....Pemimpin Dunia...
Insya Allah......

Pandangan Islam Terhadap Ilmu

Terpisahnya Ilmu Agama dan Ilmu Umum dewasa ini dengan mudah dapat terlihat dari terpisahnya lembaga pendidikan agama dan pendidikan umum. Di Indonesia misalnya kita mengenal Pondok Pesantren atau PGA dan IAIN sebagai institusi yang mengajarkan ilmu agama, sedangkan SD, SMP, SMA dan Universitas sebagai institusi yang mengajarkan ilmu umum.

Islam sebetulnya tidak mengenal adanya pemisahan antara ilmu agama dan ilmu umum, karena didalam Islam terdapat pola hubungan dan peranan yang saling terkait antara keduanya.

Ilmu menurut Islam tidak dapat dipisahkan dari sumbernya. Sumber ilmu tersebut adalah Al-'Alim (Maha Tahu) dan Al-Khabir (Maha Teliti). Hal ini dijelaskan dalam Al-Quranul Karim pada surat Al An'aam ayat 59: Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan,
dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering,
melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).

Karena sumber ilmu itu adalah Allah dan karena La-khaliqa- illa-Allah, maka ilmu itu disampaikan kepada manusia melalui dua jalur. Jalur pertama, disebut sebagai Atthariqah Ar-
rasmiah, yaitu jalur formal/resmi. Ilmu yang disampaikan melalui jalur ini adalah ilmu formal sering disebut sebagai revelation (wahyu). Karena ilmunya ilmu formal, maka pembawanya juga merupakan pembawa formal yaitu Ar-rusul ( rasul). Objek dari ilmu formal ini disebut Al-ayat Alqauliyah yang redaksinya juga formal (tidak ditambahi/dikurangi atau dirobah). Tujuan dari ilmu formal ini adalah minhaj-ul hayah (Pedoman Hidup). Dalam surat Al-Baqarah ayat 2 dijelaskan : Kitab (Al-Quran) ini tiada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. Karena sudah dijelaskan bahwa Al-Quran itu tiada keraguan didalamnya, maka nilai kebenaran yang dikandung oleh Al-Ayat-Alqauliyah ini adalah nilai Al-haqiqat Al-mutlaqah (kebenaran mutlak).

Jalur kedua, disebut sebagai Atthariqah ghairu rasmiah (jalur informal). Pada jalur ini ilmu itu disampaikan melalui ilham (inspiration) secara langsung dan siapapun bisa mendapatkannya sesuai dengan iradat-Allah. Objek dari ilmu informal ini adalah Al-ayat Alkauniah dan tujuannya adalah wa sailul hayah (perbaikan sarana hidup). Adapun nilai kebenaran ilmu yang diperoleh pada jalur ini disebut sebagai Al-haqiqah attajribiah (kebenaran eksperimental) atau empiris.

Walaupun jalur memperolehnya berbeda namun pada dasarnya kedua jalur ini saling berkaitan satu dengan lainnya. Al-ayat Alqauliyah merupakan isyarat ilmiah terhadap Al-ayat Alkauniyah, sedangkan Al-ayat Alkauniyah merupakan Al-burhan (memperkaya penjelasan) terhadap Al-ayat Alqauliyah. Kedua jalur ini akhirnya bermuara pada kemaslahatan manusia.

Pada dasarnya Al-ayat-Alqauliyah yang tertera didalam Al-Quran sekurang-kurangnya memiliki 3 macam isyarat. Pertama, disebut isyarat ilmiah, yang memerlukan sikap ilmiah (riset) untuk mendalaminya. Kedua, disebut isyarat ghaibiyah (gaib), yang memerlukan sikap beriman untuk memahaminya. Dan ketiga, disebut sebagai isyarat hukmiyah (hukum) yang memerlukan sikap kesediaan untuk mengamalkannya. Kadang-kadang sering terjadi kerancuan dalam bersikap terutama dalam menangkap ketiga jenis isyarat tersebut. Misalnya isyarat hukmiyah ditanggapi secara ilmiah, contohnya larangan memakan babi. Sering kita terjebak dengan membuang-buang waktu untuk melakukan riset tentang babi ini dalam kerangka membuktikan larangan Allah tersebut. Yang jelas ada atau tidak ada hasil riset tentang babi itu larangan memakan babi itu tetap adanya. Begitu juga isyarat ghaibiyah. Walaupun sudah dijelaskan didalam Al-Quran bahwa tentang yang ghaib ini pengetahuan manusia terbatas pada apa yang disampaikan Allah didalam Al-Quran, tetapi masih ada orang yang mencoba melakukan riset (me reka-reka) tentang isyarat gahibiyah ini. Dan yang lebih parah lagi begitu banyaknya isyarat ilmiah di dalam Al-Quran, namun sikap ilmiah dalam memahami isyarat ini tidak muncul sehingga ummat Islam tertinggal dalam memahami Al-ayat Alkauniyah.

Wabillahi taufiq wal-hidayah.

Wassalam,


Copyright © 2007. santridalnet@crew. All rights reserved. Hak Cipta DiLindungi Allah Azza Wa Jalla Yang Maha Kuasa